Jumat, 22 Oktober 2010

pacaran dalam islam

Istilah konsep dalam Kamus Ilmiah Populer berarti ide umum; pengertian; pemikiran; rancangan; rencana dasar. Dalam Islam sendiri, konsep pacaran tidak dikenal. Tetapi, bukan berarti Islam acuh tak acuh dan phobia terhadap istilah pacaran. Banyak literatur yang membahas secara detail kedudukan pacaran dalam islam. Yang paling terkenal adalah konsep taaruf atau proses perkenalan antara calon suami dengan calon istri sebelum melangsungkan akad nikah. Meskipun taaruf tidak sama dengan istilah pacaran secara umum, namun konsep ini mampu menjadi representasi bahwa Islam turut andil dalam mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram.
Adab bergaul dalam Islam telah diatur sedemikian rupa sehingga bagi insan yang mampu dan mau berpikir, tidak akan terjerumus dalam nafsu birahi yang mendorong terjadinya perzinaan. Bukankah Allah SWT secara jelas memperingatkan manusia yang sedang mabuk cinta dengan firman-Nya : “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”( QS 17:32)?
Fenomena yang terjadi dikalangan remaja saat ini sudah jauh meninggalkan konsep taaruf. Dengan mengatas namakan cinta, tidak sedikit orang yang terbius dalam pergaulan tanpa batas. Cipika-cipiki (cium pipi kanan, cium pipi kiri) sudah diklaim sebagai hal yang wajar dalam hubungan lawan jenis. Remaja yang tidak melakukan aktivitas ini dalam masa pacaran dianggap kuno dan katrok (meminjam istilah Thukul Arwana). Jika hal ini berlanjut, setan yang terus menguntit dengan leluasa memainkan jurus-jurus mautnya untuk menyesatkan anak adam ke lembah neraka. Hari ini pegang tangan, besok cium pipi, kemudian cium bibir dan cium yang lain-lain. Apakah ini yang namanya cinta? Sungguh naif bagi mereka yang mengartikan cinta sedangkal itu. Cinta yang seyogyanya mampu menuntun kepada bahtera kebahagiaan, justru dibelokkan arah menuju lorong penyesalan. Kenikmatan semu sesaat terlalu murah untuk digadaikan dengan hakikat kelezatan cinta yang bersifat abadi.
Setan pun tertawa karena berhasil membalas dendam sejarah dan sukses menjalankan misinya. Di sisi lain, manusia yang menjadi korban cinta fatamorgana ini akan menghabiskan masa hidupnya dengan rasa bersalah dan penyesalan yang tak berujung. Secara fisik memang tak terlihat, namun dalam ruang batin dan psikis, luka ini tak akan sembuh seiring dengan berakhirnya waktu.
Diantara adab bergaul yang sesuai dengan nilai-nilai keislaman yaitu:
• Menjaga mata dari hal-hal yang mampu membangkitkan nafsu syahwat. Sebagaimana firman Allah, ”katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS. An-Nur : 30).
• Menjaga tangan dari segala perbuatan yang mampu membangkitkan nafsu syahwat. Banyak hadis yang menjelaskan bagaimana Rasulullah memperingatkan kaumnya tentang hal ini. Rasulullah SAW bersabda: “Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya”.(HR. Thabrani dengan sanad hasan).
Karena itu, pergeseran paradigma pacaran dikalangan remaja dewasa ini perlu diluruskan oleh semua pihak. Bukan hanya tugas remaja saja, melainkan dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti lingkungan, teman, keluarga, sekolah dan media massa. Ingatlah! Allah tidak akan merubah nasib manusia ketika manusia itu sendiri tidak merubahnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog Saya

 
Powered by Blogger